Senin, 05 Oktober 2009

ESSAY DIODA

Nama: Muhammad affandi arfan

Nim : 35960

Peranan mahasiswa di era globalisasi

Kata "globalisasi" diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Globalisasi belum memiliki definisi yang mapan, kecuali sekedar definisi kerja (working definition), sehingga tergantung dari sisi mana orang melihatnya. Ada yang memandangnya sebagai suatu proses sosial, atau proses sejarah, atau proses alamiah yang akan membawa seluruh bangsa dan negara di dunia makin terikat satu sama lain, mewujudkan satu tatanan kehidupan baru atau kesatuan ko-eksistensi dengan menyingkirkan batas-batas geografis, ekonomi dan budaya masyarakat.

Di sisi lain, ada yang melihat globalisasi sebagai sebuah proyek yang diusung oleh negara-negara adikuasa, sehingga bisa saja orang memiliki pandangan negatif atau curiga terhadapnya. Dari sudut pandang ini, globalisasi tidak lain adalah kapitalisme dalam bentuknya yang paling mutakhir. Negara-negara yang kuat dan kaya praktis akan mengendalikan ekonomi dunia dan negara-negara kecil makin tidak berdaya karena tidak mampu bersaing. Sebab, globalisasi cenderung berpengaruh besar terhadap perekonomian dunia, bahkan berpengaruh terhadap bidang-bidang lain seperti budaya dan agama. Theodore Levitte merupakan orang yg pertama kali menggunakan istilah Globalisasi pada tahun 1985.

Mahasiswa dan pemuda di Indonesia cenderung terbawa arus Globalisasi yang digagas Neoliberal. Globalisasi tentu saja berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap orang muda. Sistem ekonomi pasar bebas dalam kacamata kaum pengusaha sudah jamak berparadigma bahwa kaum muda adalah pasar yang potensial. Orang muda dianggap sebagai pasar untuk membeli produk.

Selain itu peran gerakan mahasiswa yang cukup banyak adalah penyedia sumber daya bagi partai politik, situasi ini perlu dikritisi lebih mendalam. Kecenderungan yang nampak, seringkali kader gerakan mahasiswa adalah kader partai politik. Ada baiknya jika kita mengadopsi dan mempelajari teori oleh Habermas, Filsuf ini pernah mengatakan :“Ketika menginginkan wujud nyata kepedulian ilmu pengetahuan terhadap kemasyarakatan Jika pada masa klasik dan modern ilmu pengetahuan diharuskan bebas dari kepentingan maka sudah saatnya ilmu pengetahuan berpihak pada kemanusiaan. .” Posisi tahun 90 an dan 2000 an mahasiswa dan pemuda cenderung membedakan dirinya dengan golongan warga masyarakat lain. Kegagalan meneruskan gerakan reformasi tidak bisa dilepaskan dari kurang meluasnya gerakan mahasiswa, mereka dianggap gerakan elit. Sementara Golongan Atas kaum profesional, dokter tidak merasa memiliki rasa kebersamaan bergerakan. Lebih jauh lagi mahasiswa tak mampu memperluas basis massa gerakan terutama golongan bawah kaum buruh dan petani serta kaum miskin kota, semua itu terlihat masih rendah berpartisipasi mencapai perubahan yang dicita-citakan. .” Posisi tahun 90 an dan 2000 an mahasiswa dan pemuda cenderung membedakan dirinya dengan golongan warga masyarakat lain. Kegagalan meneruskan gerakan reformasi tidak bisa dilepaskan dari kurang meluasnya gerakan mahasiswa, mereka dianggap gerakan elit. Sementara Golongan Atas kaum profesional, dokter tidak merasa memiliki rasa kebersamaan bergerakan. Lebih jauh lagi mahasiswa tak mampu memperluas basis massa gerakan terutama golongan bawah kaum buruh dan petani serta kaum miskin kota, semua itu terlihat masih rendah berpartisipasi mencapai perubahan yang dicita-citakan.

Pada pemerintahan mahasiswa kerap kali melakukan control terhadap pemerintah, semisal melakukan aksi unjuk rasa. Hal ini dilakukan untuk mengawasi pemerintah supaya tidak melakukan kebijakan – kebijakan yang bersifat tidak demokratis, neoliberalisme dll.

1 komentar:

  1. cukup bagus, cuma mau menegaskan sekali lagi, unjuk rasa itu hanya adalah jalan terakhir jika proses perjuangan secara dialogis mengalami jalan buntu

    BalasHapus